Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang pemerintah pusat akhirnya mampir juga di Kabupaten Purwakarta. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwakarta kebagian rezeki nomplok jadi salah satu lokasi pelaksanaan. Dapurnya pun sudah ngebul di belakang sekolah.
Tapi, sajian dari dapur SPPG ini malah bikin alis bertaut. Dokumentasi yang bocor ke awak media memperlihatkan menu MBG yang bikin geleng-geleng kepala: nasi putih, telur balado (yang katanya sih pedasnya bikin nagih), sepotong tahu berbumbu (entah bumbunya apa, yang penting ada), dua iris timun (ini sayur apa hiasan?), dan sepotong semangka yang ukurannya kayak upil gajah.
Sekilas sih ada karbohidrat, protein hewani, dan nabati. Tapi, kata regulasi MBG yang katanya sakral itu, setiap porsi kudu ada sayur minimal 100 gram dan buah 50–100 gram. Selain itu, menunya juga harus diputar dalam siklus 20 hari biar gizinya nggak itu-itu melulu. Lha ini, timun dua iris mau dikata sayur? Semangka seiprit gitu mau nyukupin standar buah? Ya kali!
Rizky Widya Tama, aktivis pada Lembaga Kajian Kebijakan Publik Analitika Purwakarta, sampai geleng-geleng kepala lihat implementasi MBG di MAN Purwakarta. Katanya, sih, belum sesuai tujuan program nasional.
“MBG ini kan digadang jadi solusi masalah gizi dan stunting. Tapi, di lapangan, anak-anak cuma dikasih menu minim sayur dan buah. Kalau regulasi mewajibkan porsi yang layak, tapi realisasinya cuma simbolis, ya nggak bakal ngefek,” ujar Rizky, Selasa (27/8/2025).
Dia juga nyindir, dapur SPPG di MAN Purwakarta itu seharusnya jadi contoh pelaksanaan yang taat aturan, bukan malah nurunin standar. “Anggaran udah gede digelontorkan. Publik berhak nuntut kualitas sesuai aturan, bukan sekadar asal kenyang. Emang anak ayam?” tambahnya dengan nada gemas.
Pemerintah kan sebelumnya udah koar-koar kalau MBG ini program prioritas buat nyetak generasi emas 2045. Tapi, kasus di MAN Purwakarta ini nunjukkin ada jurang antara regulasi di atas kertas sama realita di lapangan. Jauh, Mang!
Sekarang, masyarakat Purwakarta lagi nungguin evaluasi serius dari pengelola dapur MBG. Soalnya, kalau nggak ada perbaikan, program triliunan rupiah ini bisa-bisa cuma jadi proyek formalitas yang nggak ada manfaatnya buat kesehatan siswa. Sayang kan, duitnya bisa buat beli cilok segerobak!