Bukan sekadar janji, melainkan aksi nyata yang lahir dari nurani yang tergerak. Om Zein, Bupati Purwakarta, telah menunjukkan definisi kepemimpinan sejati yang tak hanya berwacana, tetapi juga berkorban.
Ia rela menggadaikan SK miliknya ke BJB, menguras hartanya sendiri, demi sebuah keluarga yang hidup dalam bayang-bayang kemiskinan dan penyakit.
Tindakan heroik ini bukan sekadar membelikan sebidang tanah, melainkan menabur benih harapan di tengah keputusasaan yang mendalam. Ini adalah bukti nyata bahwa seorang pemimpin bisa menjadi pahlawan bagi rakyatnya, dengan pengorbanan yang tak ternilai harganya.
Kisah ini bermula dari kunjungan Om Zein ke rumah Jajang (nama samaran) di Kecamatan Campaka beberapa waktu lalu. Kunjungan tersebut dilakukan setelah Om Zein menyaksikan pendidikan karakter berbasis militer di Resimen Armed 1 Sthira Yudha, di mana Jajang merupakan salah satu pesertanya. Di sana, pemandangan yang menyayat hati terbentang di hadapannya.
Keluarga Jajang, khususnya sang ayah, Bah Mamat, hidup dalam kemiskinan yang mencekik. Bayangan kematian menghantui Bah Mamat yang menderita kanker perut.
Rumah mereka reyot, tak layak huni, dan tanah yang mereka tempati pun bukan milik mereka. Air mata Om Zein berlinang menyaksikan penderitaan keluarga ini. Seketika, sebuah janji terucap dari lubuk hatinya yang terdalam: ia akan mengubah segalanya.
Janji itu bukanlah bualan kosong. Pada Kamis, 22 Mei 2025, Om Zein menepati janjinya. Dengan menggadaikan SK-nya, ia rela mengorbankan hartanya sendiri untuk membelikan sebidang tanah seluas 50 meter persegi bagi keluarga Bah Mamat. Tanah yang dibeli dengan harga Rp100.000 per meter persegi itu menjadi simbol harapan baru bagi keluarga yang hampir menyerah pada takdir.
Lebih dari sekadar tanah, Om Zein memberikan arahan penuh kasih..Ia menginginkan rumah panggung, bukan bangunan permanen, sebagai tempat tinggal baru. Lebih mengharukan lagi, sertifikat tanah tersebut akan atas nama Jajang, sebagai motivasi dan bekal masa depan.
“Ini uang pribadi Om Zei, hasil menggadaikan SK ke bjb,” ujar Om Zein, diiringi gelak tawa haru warga sekitar. Kunjungan berikutnya akan dilakukan setelah rumah baru berdiri kokoh.
Bantuan ini bukan tanpa syarat. Om Zein meminta Bah Mamat dan keluarganya untuk menjaga shalat, dan Jajang dilarang menggunakan handphone di sekolah. “Kalau masih bawa handphone ke sekolah, bantuannya akan dicabut,” tegas Om Zein.
Kisah ini lebih dari sekadar berita. Ini adalah bukti nyata kepedulian seorang pemimpin yang rela berkorban demi rakyatnya.
Pengorbanan Om Zein menjadi inspirasi bagi kita semua, mengingatkan kita akan arti kepemimpinan yang sejati, kepemimpinan yang lahir dari hati nurani yang peka dan tangan yang selalu siap menolong. Semoga tindakan mulia ini menjadi suar bagi pemimpin lain untuk lebih peduli terhadap kesejahteraan masyarakat.***