taktis.co – Ini pesan untuk keluarga besar Partai Golkar Purwakarta; kemuliaan terbesar kita bukanlah karena kita tidak pernah terjatuh, tetapi karena kita bangkit setiap kali kita terjatuh. Karena jatuh bukan berarti gagal, tapi tidak bangkit kembali itulah kegagalan yang sebenarnya.
Pesan diatas disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar Kabupaten Purwakarta, Dr. H. Suherman Saleh, Ak., M. Sc., CA., disela-sela acara silaturahmi kader dan rapat pengurus DPD Partai Golkar Kabupaten Purwakarta yang digelar di Kantor DPD di Jalan Veteran pada Sabtu, 22 Februari 2025 lalu.
Menurutnya, soal menang kalah dalam kontestasi Pemilu untuk setiap partai politik adalah hal yang biasa. “Meski dalam Pileg dan Pilkada Purwakarta Partai Golkar mengalami kekalahan, bukan berarti Golkar Purwakarta hancur lebur, dari itu semua, mari kita jadikan pelajaran yang berharga, mari kita berbenah untuk menghadapi kontestsasi pemilu berikutnya,” kata Uda Herman, begitu ia kerap disapa.
Ia juga mengungkapkan bahwa hasil Pileg 2024 yang menempatkan Partai Golkar diposisi kedua merupakan pembuktian bahwa partai ini masih besar di Purwakarta. “Padahal saat itu, para pengamat banyak yang memprediski bahwa partai Golkar hanya akan meraih empat kursi, tapi faktanya, partai kita bisa meraih sembilan kursi. Jadi, saya yakin bahwa partai Golkar masih dicintai masyarakat Purwakarta. Dan pemilu kedepan, semua keluarga besar Golkar Purwakarta harus membuktikan kembali kebesaran partai,” kata Uda Herman.
Pilkada dan Evaluasi Internal
Udah Herman juga berpesan, jangan berpikiran, Golkar kalah dalam pilkada dengan suara memprihatinkan menjadi alasan untuk melakukan Musdalub atau mengganti pimpinan DPD Partai Golkar Purwakarta hari ini. Tunggu saja, ada waktunya suksesi di internal sesuai instruksi DPP partai.
“Hilangkan keinginan untuk mengadakan Musdalub, sebagaimana pesan dari pimpinana Golkar Jawa Barat. Akan tetapi, saat ini pasca Pilkada, Golkar Purwakarta harus melakukan evaluasi kinerja terkait kekurang pada saat kontestasi Pilkada lalu. Bahwa evaluasi itu harus sesuai kajian akademis, harus mempunyai target, membandingkan hasil tujuan dan pelaksaan, evaluasi itu kewajiban secara akademis, karena itu untuk melakukan perbaikan,” ujarnya.
“Maka dari itu, bagi yang tidak setuju untuk melakukan evaluasi, harus disamakan persepsinya kenapa evaluasi sangat penting. Jangan sampai ada pemahaman, bahw evaluasi itu akan memicu gontok-gontokan. Karena sejatinya, encari perbaikan itu hukumnya wajib,” tambah Uda Herman.
Konsolidasi Sebuah Keharusan
Menurut Uda Herman, konsolidasi untuk meraih kemenangan partai kedepan, harus terus dilakukan oleh seluruh unsur pimpinan partai disemua tingkatan. Forum-forum silaturahmi dan rapat-rapat partai hingga evaluasi, sangat penting dan akan menjadi motivasi untuk seluruh jajaran untuk menambah kekuatan partai agar dapat meraih kemenangan dalam agenda-agenda politik penting seperti Pileg dan Pilkada mendatang.
“Pertama, mari bersama bergerak dan berpikir untuk menentukan langkah-langkah strategis untuk mencapai kebesaran dan meraih kemenangan Partai Golkar kedepan. Smua kader dan jajaran pengurus Golkar Purwakarta harus mematuhi keputusan-keputusan strategis berkaitan dengan kerja-kerja partai,” ujarnya.
Berikutnya, lanjut Uda, untuk dinamika yang terjadi pada waktu-waktu yang lalu, apalagi itu yang negatif dan menimbulkan perpecahan di Partai Golkar harus lupakan. “Sekarang kita memiliki tugas bersama untuk membesarkan dan merebut kembali kemenangan Partai Golkar pada kontestasi pemilihan umum diwaktu yang akan datang,” katanya.
Uda Herman dan Golkar Purwakarta
Pada masa Orde Baru ada sebuah istilah yang lahir dari proses politik saat itu, yaitu Jalur ABG. Jalur tersebut bahkan dianggap menjadi landasan untuk mengelola pemerintahan dengan tiga unsur utama, yakni; ABRI, Birokrasi dan Golongan Karya. Melalui Jalur ABG tersebut, Uda Herman yang sekitar tahun 1980 berstatus sebagai pegawai pajak dan mulai bergabung di Golkar Jakarta Pusat Jalan Kiwini, saat berkarir di Kanwil Pajak Jakarta Khusus, dan setiap pindah, selalu jadi pengurus Golkar utusan Korpri.
“Yang namanya Golkar, saat itu statusnya belum partai, sekitar tahun 80-an, saya ditunjuk sebagai bendahara Golkar Jakarta Selatan. Seiring berjalannya tugas dan waktu, karena saya juga dibesarkan di Wanayasa. Singkat cerita, sekitar tahun 1987 saya mulai ikut bergabung dengan Golkar Purwakarta. Dibawah kepemimpinan Mirad Sa’adi, saya ikut mensuport kemenangan Golkar di Purwakarta,” tutur Uda.
Tak berhenti disitu, Uda Herman juga melanjutkan kisah perjuangannya, bagaimana ia membesarkan dan berjuang memenangkan Golkar di Purwakarta saat kepemimpinan Bisri Harjoko atau sekitar tahun 1997. “Biarlah sejarah yang mencatat bagaimana kondisi saat itu menjelang beralihnya masa orde baru ke reformasi. Meski dimana-mana Golkar kalah dalam Pemilu, namun di Kabupaten Purwakarta tetap dinyatakan sebagai pemenang, dengan perolehan kursi legislatif terbanyak,” ujarnya.
Pasca kepemimpinan Bisri Harjoko, Golkar yang sudah menjadi Partai Golongan Karya, seorang aktivis tampil memimpin Golkar Purwakarta, yaitu Dedi Mulyadi. Golkar makin tegas menancapkan eksistensinya dalam pemerintahan di kabupaten yang terkenal dengan sate marangginya itu.
Namun, soal kepemimpinan Golkar Purwakarta dibawah kendali Dedi Mulyadi, tokoh masyarakat yang dikenal dengan sebutan Gubernur Wanayasa itu, tidak bercerita banyak. “Cerita kepemimpinan Golkar Purwakarta oleh salahsatu adik saya itu, you juga tahu kisahnya,” kata Uda Herman.
“Yang perlu disikapi bersama oleh para kader Golkar Purwakarta, bagaimana saat ini dan diwaktu mendatang, Golkar bisa tetap eksis dan bangkit kembali ke masa kejayaan. Siapapun yang merasa memiliki kepedulian kepada Golkar Purwakarta, ayo bersama kita bergandeng tangan membesarkan partai yang kita cintai ini,” demikian Uda Herman.**








