Ramai Dibincangkan, Ini Sosok Pemuda Deklarator PSI Purwakarta

Agus Sanusi (kanan) dan Rommy Gustian/taktis.co

Perpindahan Wakil Bupati Purwakarta, yang kerap disapa Abang Ijo, dari Partai Demokrat ke kursi Ketua DPD PSI Jawa Barat, kembali mengundang sorotan publik.

Peristiwa ini sekaligus memunculkan kembali diskusi tentang tokoh-tokoh akar rumput yang berperan penting dalam membangun Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di berbagai daerah.

Salah satu nama yang kembali mencuat adalah Agus Sanusi, M.Psi., yaitu seorang pemuda yang menjadi deklarator PSI di Kabupaten Purwakarta.

Latar belakang Agus yang sederhana dan kecintaannya pada Purwakarta menjadi salah satu faktor pendorong dedikasinya pada partai.

Ia lahir dan besar di tengah masyarakat Purwakarta, sehingga memahami betul permasalahan dan aspirasi warga setempat.

Latar belakang pendidikannya di bidang Psikologi, yang diraih pada program Magister Profesi Psikologi Unpad, memberikannya pemahaman mendalam tentang dinamika sosial dan perilaku politik.

Sebelum terjun ke dunia politik, Agus aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di Purwakarta, menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Pengalaman ini menjadi bekal berharga dalam membangun jaringan dan kepercayaan di masyarakat.

Kisah Agus Sanusi jauh dari ambisi kekuasaan. Perjalanannya di dunia politik bermula dari sebuah tawaran untuk menjadi pengurus DPC PSI Kecamatan Pasawahan.

Tanpa target politik tertentu, ia menerima tawaran tersebut. Namun, karena kekosongan struktur, Agus kemudian dipercaya sebagai Wakil Ketua, dan akhirnya menjabat sebagai Ketua DPD PSI Kabupaten Purwakarta.

Bersama Rommy Gustian, Sekretaris DPD kala itu, Agus menjelajahi kampung-kampung untuk membentuk kepengurusan partai di tingkat kecamatan.

Popolitikan Modal Goceng

Bermodalkan sepeda motor dan sedikit uang bensin, mereka bergerak dari rumah ke rumah, mengajak anak muda bergabung dalam proyek politik alternatif ini. Semangat mereka sederhana namun kuat: membangun rumah politik yang idealis, progresif, dan inklusif bagi generasi muda.

Perjuangan mereka tidaklah mudah. Agus kerap ditolak, kehabisan bensin di tengah jalan, bahkan mengalami motor mogok. Namun, semua itu dihadapi dengan penuh keyakinan. Setelah Pemilu Legislatif (Pileg) 2019, Agus hanya memiliki uang Rp5.000 di sakunya, bukti nyata perjuangan panjang tanpa pamrih.

Dedikasi Agus dalam membangun PSI Purwakarta berlangsung selama lebih dari lima tahun, sebuah perjalanan penuh idealisme dan pengorbanan.

Namun, pada 2020, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Alasannya, perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PSI telah mengubah arah dan semangat partai. PSI yang awalnya ia kenal sebagai partai anak muda yang progresif dan idealis, perlahan berubah menjadi seperti partai-partai pada umumnya.

Keputusan mundur bukanlah hal mudah, tetapi bagi Agus, ini merupakan konsistensi terhadap nilai-nilai yang dipegangnya sejak awal. Baginya, politik bukan soal pragmatisme atau popularitas, melainkan tentang menjaga komitmen terhadap perubahan. Meskipun tidak lagi aktif di PSI, nama Agus Sanusi tetap dikenang sebagai bagian penting dari sejarah berdirinya partai tersebut di Purwakarta.

Kini, dengan perubahan kepemimpinan di PSI Jawa Barat, publik kembali mengingat sosok-sosok seperti Agus Sanusi, pemuda biasa yang pernah percaya bahwa perubahan dapat dimulai dari langkah kecil, dari bawah, dan dari hati yang tulus. Kisahnya menjadi inspirasi bagi mereka yang percaya bahwa idealisme masih memiliki tempat dalam politik.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *