Opini  

Wait and See, Politisi Lokal Ditengah Kekuasaan Baru pada Tubuh Eksekutif

©Hak cipta gambar diatas dikembalikan seluruhnya kepada pemilik gambar.

PERGESERAN dan perubahan kekuasaan dalam tubuh eksekutif Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta bakal terjadi seiring dengan perubahan kepemimpinan yang membawa arah politik baru.

Kepemimpinan baru dibawah Saepul Bahri Binzein, yang memiliki kedekatan politik dengan pendahulunya, Dedi Mulyadi, diperkirakan akan menjadi titik awal kembalinya pola penguasa lama dalam pengelolaan pemerintahan dan hubungan politik di Purwakarta.

Perubahan ini akan memengaruhi berbagai aspek politik daerah, mulai dari aliansi politik, distribusi kekuasaan, hingga pembentukan kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan pembangunan daerah.

Seperti yang dijelaskan oleh David Easton, perubahan dalam kepemimpinan politik daerah sering kali diikuti oleh perubahan dalam struktur kekuasaan yang memengaruhi dinamika pemerintahan secara keseluruhan (Easton, 1965).

Pergeseran kekuasaan ini juga terjadi karena politik daerah sangat dipengaruhi oleh faktor kekuatan partai, kepemimpinan, dan afiliasi politik yang ada. Seiring dengan kemenangan dalam Pemilu legislatif dan Pilpres terakhir serta dominasi partai besar, perubahan ini akan berpengaruh pada lanskap politik Purwakarta.

Politisi lokal, yang menyaksikan dinamika politik ini, memilih untuk mengadopsi sikap “wait and see,” menunggu bagaimana kebijakan dan pengaruh dari kepemimpinan baru akan memengaruhi peta kekuasaan di tingkat daerah.

Robert Dahl menekankan bahwa perubahan dalam kekuasaan akan selalu melibatkan dinamika yang kuat antara aktor-aktor politik lokal, dan pergeseran ini berpotensi membawa perubahan dalam pengaruh politisi (Dahl, 1961).

Selain itu, Max Weber menambahkan bahwa perubahan kepemimpinan sering kali menciptakan ruang bagi pemimpin baru untuk membentuk talenta-talenta yang akan mendominasi sistem politik yang ada (Weber, 1922).

Pergeseran kekuasaan ini tidak hanya melibatkan para politisi lokal, tetapi juga pejabat pemerintah daerah dan kader partai politik yang terlibat dalam pengelolaan pemerintahan Purwakarta.

Kepemimpinan baru di bawah Saepul Bahri Binzein akan memengaruhi siapa saja yang berada dalam lingkaran kekuasaan, baik mereka yang lama berkuasa maupun yang berafiliasi dengan penguasa baru.

V.O. Key Jr. berpendapat bahwa dalam situasi semacam ini, aktor-aktor politik yang memiliki hubungan dengan penguasa baru akan semakin memperoleh pengaruh, sementara mereka yang tidak terafiliasi akan menghadapi tantangan untuk mempertahankan posisi mereka (Key, 1966).

Pergeseran kekuasaan ini terjadi di Purwakarta, sebuah kabupaten di Jawa Barat yang memiliki dinamika politik lokal yang sangat dipengaruhi oleh hubungan antar politisi, kekuatan partai, serta hasil Pemilu dan Pilpres. Perubahan ini turut berpengaruh pada pengelolaan pemerintahan daerah, di mana para politisi lokal dan pejabat pemerintah daerah akan menghadapi perombakan dalam posisi struktur kekuasaan yang ada.

Politisi dan pejabat pemerintah daerah harus berupaya keras untuk beradaptasi dengan perubahan ini, melalui pergeseran dalam aliansi politik, pembentukan koalisi baru, serta penyesuaian dengan kebijakan yang akan ditetapkan oleh pimpinan baru.

Sementara, dalam pandangan Elmer Schattschneider, perubahan dalam struktur kekuasaan daerah sering kali menciptakan peluang bagi generasi baru politisi untuk mengambil alih kekuasaan yang lebih besar dalam politik lokal. Hal ini berpotensi menyebabkan pertarungan antara kader partai lama yang sudah lama berkuasa dengan kader partai yang memiliki afiliasi langsung dengan penguasa baru.

Kepemimpinan baru dibawah Saepul Bahri Binzein berpotensi untuk membentuk talenta-talenta baru yang akan mengisi posisi-posisi penting dalam pemerintahan daerah Purwakarta dan mendominasi jalannya pemerintahan, termasuk posisi kekuasaan di setiap partai lokal.

Pergeseran dan perubahan kekuasaan dalam tubuh eksekutif Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta adalah fenomena yang sangat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor politik. Pergantian kepemimpinan yang didorong oleh hasil Pemilu legislatif dan Pilpres terakhir menjadi titik awal dari perubahan besar dalam struktur kekuasaan politik di daerah tersebut.

Kepemimpinan baru ini akan menciptakan pergeseran dalam hubungan antar politisi lokal, memunculkan pertarungan sengit antara kader partai lama dan mereka yang berafiliasi dengan penguasa baru, serta membentuk talenta-talenta baru yang akan memainkan peran penting dalam masa depan politik Purwakarta. Lalu, sejauh mana pergeseran tersebut? Wait and See.

Yuslipar

Penulis adalah Koordinator Forum Komunikasi Jurnalis Purwakarta (Fokus JP).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *