Kritik yang disampaikan sejumlah Organisasi Masyarakat (Ormas) terhadap kepemimpinan Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, dan Wakil Bupati, Abang Ijo Hapidin, patut mendapat perhatian serius.
Tuduhan kurangnya realisasi janji kampanye dan fokus yang berlebihan pada pencitraan melalui program kebersihan, khususnya program “ngosrek”, memerlukan penelaahan yang lebih komprehensif dan berimbang.
Memang benar, fokus pada kebersihan lingkungan, terutama pembersihan sampah, pada pandangan pertama tampak sederhana dan bahkan mungkin dianggap sebagai upaya pencitraan semata.
Namun, pandangan ini perlu dikaji ulang. Kebersihan lingkungan merupakan fondasi penting bagi pembangunan berkelanjutan. Kota yang bersih dan sehat akan lebih menarik investasi, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan pada akhirnya berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi.
Program “ngosrek” yang digagas oleh Bupati Purwakarta, dengan rincian kegiatannya; ngored, bebersih, dan berseka, bukan sekadar jargon, tetapi merupakan strategi untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kebersihan dan tanggung jawab individu.
Pesan yang disampaikan Bupati Purwakarta yang menekankan pentingnya memulai perubahan dari hal-hal kecil dan menghubungkannya dengan pengelolaan sumber daya alam yang lebih besar, menunjukkan visi jangka panjang yang bijaksana.
Analogi yang digunakan Bupati, mengenai bagaimana ketidakpedulian terhadap hal-hal kecil dapat berakibat fatal di masa depan, menunjukkan betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kritik dari Ormas, meskipun itu adalah hal yang wajar sebagai mekanisme pengawasan publik, namun haruslah konstruktif dan kolaboratif. Alih-alih hanya menitikberatkan pada aspek negatif, Ormas seharusnya memberikan solusi dan berpartisipasi aktif dalam program-program pemerintah.
Dialog yang terbuka dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sipil sangat penting untuk mencapai kemajuan yang lebih signifikan. Keberhasilan sebuah program pembangunan tidak hanya diukur dari kecepatannya, tetapi juga dari dampak jangka panjangnya yang dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Dalam konteks ini, perlu diingat bahwa penilaian kinerja pemerintahan tidak dapat hanya didasarkan pada periode waktu yang singkat. Pembangunan merupakan proses yang berkelanjutan yang membutuhkan waktu dan keterlibatan semua pihak.
Oleh karena itu, evaluasi keberhasilan program “ngosrek” dan janji kampanye lainnya harus dilakukan secara komprehensif, mempertimbangkan berbagai faktor dan data empiris yang relevan, bukan hanya berdasarkan persepsi sejumlah Ormas saja.
Transparansi dan akses publik terhadap informasi yang akurat akan sangat membantu dalam proses ini. Hanya dengan pendekatan yang seimbang dan berbasis data, kita dapat melakukan evaluasi yang objektif dan bermanfaat bagi kemajuan daerah Purwakarta.***
Gani Mahnida
Penulis adalah Pemimpin Redaksi pada Media Online Taktis.co








