KPU telah usai melaksanakan tahapan pendaftaran bakal pasangan calon Pilkada Purwakarta. Penyelenggara Pemilu itu, saat ini tengah melakukan penelitian persyaratan calon hingga tanggal 21 September 2024 mendatang. Ada empat pasangan bakal calon yang kini bersiap untuk bertarung dalam kontestasi Pilkada yang akan digelar secara serentak pada 27 November 2024.
Keempat pasang calon itu adalah Anne Ratna Mustika dan Budi Hermawan. Kemudian pasangan Saepul Bahri Binzen dan Bang Ijo Hapidin. Pasangan ketiga adalah Yadi Rusmayadi dan Pipin Sopian. Terakhir, Zainal Arifin dan Sona Maulida, pasangan yang dianggap dadakan akibat kurang akomodasi dari elit politik Kabupaten Purwakarta.
Saepul Bahri Binzen dan Bang Ijo Hapidin merupakan pasangan status quo pemelihara kekuasaan Dedi Mulyadi. Mereka berdua sangat bergantung pada ceruk suara Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra tersebut. Hal ini dibuktikan dengan dukungan 100 persen Kang Dedi terhadap pasangan yang diberi nama Zeinjo itu.
Bahkan, Sang Duda Anne Ratna Mustika itu memimpin langsung deklarasi pasangan Zeinjo di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, Dedi Mulyadi hadir saat pasangan Zeinjo mendaftakan diri di KPUD Purwakarta. Bagi pemerhati gerakan Dedi Mulyadi, dapat langsung mengetahui bahwa warna gerakan Zeinjo adalah warna gerakan pria beriket Sunda itu.
Di tengah namanya yang sudah me-nasional, Dedi Mulyadi seakan tidak ingin kiprahnya sirna di Purwakarta. Dirinya terus menyisipkan peran dominan bahkan dalam setiap kata sambutan yang disampaikan Zeinjo di berbagai forum. Kalimat pertama keduanya selalu sama. Yakni, “Salam dari Kang Dedi Mulyadi” untuk semua yang hadir. Tak lupa dilanjutkan, “Ada pesan dari Kang Dedi”, yang itu merupakan isi sambutannya.
Jika dilihat secara cermat, Zeinjo sebenarnya tidak memiliki gagasan untuk dijual, selain gagasan Dedi Mulyadi. Nampaknya, rakyat Purwakarta tidak bisa berharap banyak dari pemimpin yang berpikir saja ikut-ikutan, apalagi soal gerakan pembangunan. Apabila Zeinjo terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta, maka Dedi Mulyadi adalah Bupati Purwakarta yang sebenarnya.
Mewaspadai Gerakan Anne Ratna Mustika
Momok menakutkan bagi seorang Dedi Mulyadi tak lain dan tak bukan adalah sang mantan istri, Anne Ratna Mustika. Sebagai mantan teman satu kasur, Anne dipandang sebagai orang yang paling mengetahui Dedi Mulyadi luar dan dalam. Sehingga, gerakan perempuan yang kini menjadi istri dari seorang pria bernama Iskandar itu sangat diwaspadai.
Buktinya, menurut salah satu sumber. Sang mantan sering resah jika ada orang dekatnya yang mendekati lingkaran Anne Ratna Mustika. Sambungan telepon selalu dia lakukan kepada orang-orangnya seraya memerintahkan agar yang bersangkutan menjauhi Anne, meskipun dalam kerangka komunikasi sebagai sesama manusia sekalipun.
Hal ini bukan tanpa dasar, Anne Ratna Mustika atau ARM dipandang sebagai anti-tesa seorang Dedi Mulyadi pasca peristiwa perceraian. Anne sendiri menggugat cerai tentunya bukan tanpa dasar. Tanpa bayang-bayang sang mantan saat memimpin Purwakarta, Anne meraih ratusan penghargaan. Mulai dari penobatan sebagai kabupaten paling inovatif dan komunikatif sampai penghargaan pembinaan UMKM. Fenomena ini jelas berbeda jika dibandingkan masa kepemimpinan Dedi Mulyadi.
Saat sang mantan berkuasa, Purwakarta lebih banyak melakukan kebijakan mercusuar. Semisal, pemecahan rekor MURI yang menghabiskan dana puluhan miliar. Ini nyaris dilakukan setiap tahun. Yakni, di setiap gelaran ulang tahun Kabupaten Purwakarta. Sementara, cara Anne memimpin sangatlah berbeda. Dia lebih menekankan pada aspek pembangunan sumber daya manusia dibanding program hiburan yang menarik puluhan ribu orang.
Ada yang menyebut, cara Anne memimpin agak ‘beda’, terutama jika diukur pada respon APBD Purwakarta yang rigid dan terbatas. Tapi mantan Mojang Purwakarta itu melakukan semuanya dengan cara yang akuntabel dan bertanggungjawab. Berbeda dengan sang mantan saat menjabat, performa APBD Purwakarta sering kedodoran untuk merespon program. Sehingga, banyak program yang dipaksakan dan menyisakan hutang bagi pemerintah daerah.
Pada aspek ini, sepertinya Dedi Mulyadi memandang seorang Anne Ratna Mustika sebagai momok. Karena Anne dianggap mengetahui ‘dosa-dosa masa lalu’ mantannya tersebut. Latar pikiran inilah yang ditenggarai membuat penguasa Lembur Pakuan itu menghadang pergerakan Anne dengan berbagai cara.
Dirinya, seolah tidak akan pernah rela jika Anne menjabat sebagai Bupati untuk periode kedua. Bisa-bisa, rasa tenang dalam jiwanya akan terganggu setiap malam. Apalagi, jika berhasil dalam kontestasi Pilgub Jabar. Dia boleh mengklaim seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat bisa tunduk. Tetapi, legitimasinya terganggu jika Purwakarta jatuh pada orang yang bukan berada dalam lingkarannya.
Dua Paslon Lain Hanya Penggembira Pilkada Purwakarta?
Yadi Rusmayadi – Pipin Sopian dan Zainal Arifin – Sona Maulida, dua paslon ini tidak bisa dianggap awam soal Purwakarta. Terutama Zainal Arifin, pada Pilkada 2018 lalu, Zainal yang saat itu berpasangan dengan Luthfi Bamala berhasil menjadi runner up. Prestasi mentereng untuk pendatang baru melalui dukungan non partai alias independen.
Pada Pilkada ini, Luthfi berada di kubu Yadi – Pipin, menjadi komandan koalisi Nasdem, PKS dan PAN. Sementara Zainal, tak lagi memilih jalur independen. Dia maju karena dukungan PPP, seraya diperkuat oleh Sona Maulida sebagai Ketua DPC PKB Purwakarta.
Pria yang kerap disapa Kang Ipin itu, sempat melakukan kekeliruan analisa dengan memilih PDIP sebagai jalurnya mendaftar. Dia lupa bahwa basis utamanya adalah kalangan islamis. Sementara basis PDIP dikenal sebagai abangan yang kuat. Kedua kutub basis ini tak kunjung mencapai titik temu, sehingga dia kembali ke basisnya dengan menggandeng PPP.
Akan tetapi, basis islamis kini turut pula diolah oleh Pipin Sopian. Darah segar dari DPP PKS yang sengaja diutus pulang ke Purwakarta. Dia bahkan rela kehilangan jatah kursi DPR RI, jatohan dari Ahmad Syaikhu demi kursi Wakil Bupati Purwakarta. Padahal, sang presiden partai, mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Barat, sehingga terpaksa melepas kursi DPR RI miliknya.
Pertarungan Pilkada Purwakarta kali ini akan menarik, basis islam diperebutkan oleh Yadi Rusmayadi – Pipin Sopian. Sementara basis nasionalis diperebutkan oleh pasangan Anne Ratna Mustika – Budi Hermawan dan Saepul Bahri Binzen – Bang Ijo Hapidin. Nama terakhir ini memaksakan diri maju usai mengalami sakit hati luar biasa di Partai Nasdem pimpinan Luthfi Bamala.
Kemampuan analisa tim masing-masing calon, kelengkapan amunisi dan pemetaan akan menentukan kemenangan. Semua calon harus berhenti melakukan analisa berdasarkan daerah pemilihan. Oleh karena, atmosfer Pilkada sangat berbeda dengan atmosfer pemilihan anggota legislatif. Selamat berjuang untuk seluruh putera-puteri terbaik Purwakarta.
Yuslipar
Penulis adalah Koordinator Forum Komunikasi Jurnalis Purwakarta (Fokus JP).








