Di sebuah negeri yang indah bernama Konoha, di mana pohon-pohon selalu hijau dan angin selalu membawa pesan harapan, ada sebuah cerita yang terjadi di akhir tahun, ketika angin Desember menyebarkan dedaunan kering dan suasana di Gedung Dewan Negeri Konoha menjadi jauh dari kata sejuk.
Dahulu, jauh sebelum hari-hari gonjang-ganjing yang membuat semua orang terkejut, sinar matahari pagi baru menyinari atap Gedung Dewan Negeri Konoha. Tiba-tiba, segerombolan orang berseragam dengan lambang pedang keadilan yang dikelilingi padi dan kapas tiba dengan mobil yang menyala terang.
Itu adalah tim Kejaksaan Negeri Konoha, dipimpin oleh Jaksa Pidana Khusus bernama Kakashi Hatake. Dia memiliki mata yang tertutup oleh pelindung. Tanpa banyak bicara, Kakashi dan timnya memasuki sejumlah ruangan di gedung dewan, membuka lemari-lemari yang tua, dan mengeluarkan tumpukan berkas-berkas yang tebal seperti gunung.
Setiap helai kertas itu terasa penuh rahasia yang tertutup sudah lama, karena ada sebuah laporan pengaduan yang mengatakan, berkas-berkas itu terkait dengan kegiatan dewan pada tahun-tahun silam yang tidak benar.
Situasi mendadak riuh seperti sarang semut yang terganggu. Suara teriakan dan tanya-tanya membangunkan keheningan gedung. Sejumlah pimpinan dewan dan sekretaris dewan yang baru menjabat, seseorang bernama Hinata, segera berkumpul di ruangan rapat terbatas, pintu ditutup rapat.
Cahaya lampu neon di atas kepala mereka menyoroti wajah-wajah yang memerah dan penuh kebingungan. “Entah apa yang terjadi?” bisik salah satu pimpinan, matanya berkelip-kelip seperti burung yang kehilangan sarang. Hinata pun melihatnya, wajahnya pucat dan tangannya bergoncang ketika memegang gelas air yang dingin.
Hari-hari kemudian penuh dengan tekanan yang berat seperti batu di pundak. Sejumlah pimpinan dan Hinata dipanggil ke Gedung Kejaksaan berkali-kali, memasuki ruangan yang gelap dan menegangkan, hanya ada cahaya kecil dari jendela pojok yang melihat ke langit biru.
Di sana, suara seorang oknum terdengar datar, seperti angin yang tidak punya arah. Dia mengucapkan kode-kode dan angka-angka yang sulit dipahami, seperti bahasa rahasia raja-raja kuno.
Lalu, tanpa perantara, dia mengucapkan kata-kata yang membuat semua orang tercengang: “Kami minta disiapkan dana. Sekitar dua miliar koin emas!” Pihak dewan Negeri Konoha terkejut, dari mana mereka bisa mendapatkan koin emas sebanyak itu?
Tetapi tekanan terus datang, setiap bunyi bel telepon membuat jantung berdebar kencang seperti kuda yang berlari. Akhirnya, mereka menyusun apa yang bisa mereka dapatkan: beberapa ratus juta koin emas, jumlah yang jauh dari permintaan, tapi sudah seberapa mungkin yang bisa dilakukan oleh para pejabat baru yang tidak tahu apa-apa.
Transaksi yang diduga pemerasan belum sempat terjadi, tapi ketegangan sudah meluap seperti genangan air yang akan tumpah ke tanah.
Kemudian tiba hari Selasa, 23 Desember. Sinar matahari siang mulai meredup seperti lilin yang mau padam ketika sejumlah mobil lain tiba di depan Gedung Dewan dan Gedung Kejaksaan Negeri Konoha.
Orang-orang yang turun menunjukkan lambang Kejaksaan Agung, wajah mereka serius seperti penjaga gunung. Mereka mencari si oknum jaksa Kakashi Hatake.
Seorang sumber di dalam dewan bernama Tobirama Senju mengatakan: “Kakashi Hatake diamankan. Sementara, Kiba, Hinata, dan Shino dibawa untuk ditanya, kemudian dipulangkan, mereka cuma saksi yang dianggap hanya sebagai korban dugaan pemerasan.”
Menurut Tobirama, pihak dewan hanyalah korban, terjebak dalam jaring yang mereka tidak pahami seperti burung yang terjebak dalam anyaman.
Kabar tentang “Operasi Tangkap Tangan” menyebar seperti kebakaran semak melalui desa-desa di Konoha. Tapi ketika awak media bertanya kepada pemimpin Kejaksaan Negeri Konoha bernama Madara Uchiha, dia membantah dengan suara yang tegas dan tenang seperti ombak yang tenang.
“Tidak ada OTT seperti kabar yang beredar. Tim Kejagung hanya datang untuk mencari kebenaran dari laporan pengaduan, dan Kakashi hanya diminta memberikan keterangan ke kota pusat.” Dia menegaskan sekali lagi: “Sekali lagi saya luruskan, tidak ada OTT yang sesungguhnya.”
Di malam hari, ketika lampu-lampu di sekitar Gedung Kejaksaan Negeri Konoha menyala sorot seperti bintang-bintang di langit, bayangan-bayangan terlihat memutar di lorong-lorong.
Cerita ini masih tergantung di udara, seperti angin Desember yang masih menyengat. Tapi di negeri Konoha, semua orang tahu bahwa kebenaran seperti bintang, meskipun tertutup awan, nanti pasti akan muncul. Dan akhir tahun ini, mereka belajar bahwa kejujuran adalah harta terbesar, dan tidak ada jahat yang bisa menyembunyikan kebenaran selamanya.
Dan begitulah cerita akhir tahun di Negeri Konoha, yang selalu dikenang sebagai masa di mana kebenaran mulai terungkap, dan harapan baru mulai bersinar.
DISCLAIMER: Cerita diatas hanyalah karya fiksi belaka, dibuat sepenuhnya dari imajinasi penulis. Konten cerita tersebut tidak dimaksudkan untuk menggambarkan kejadian, peristiwa, atau situasi yang sesungguhnya yang pernah terjadi atau sedang berlangsung. Setiap kesamaan yang terdapat dalam cerita, baik itu mengenai nama orang, tempat kejadian, waktu peristiwa, gambar, atau ciri-ciri lain yang dapat dihubungkan dengan realitas, hanyalah kebetulan semata.

