Di Balik Pintu MTsN Purwakarta: Benarkah Sekolah Ini Jadi Sarang Perundungan? Aktivis Desak DPRD Bertindak!

Pelaku meminta maaf kepada orang tua korban perundungan di MTsN Purwakarta/Dean.

Sebuah unggahan viral dari akun IG komunitas lokal @urangpurwakarta_ telah membuka kotak pandora dugaan perundungan dan kekerasan fisik di salah satu Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) di Purwakarta. Mengguncang perhatian publik, kasus ini memicu desakan kuat agar DPRD Purwakarta segera memanggil pihak sekolah untuk memberikan klarifikasi yang menyeluruh.

Unggahan tersebut memuat pengakuan pilu dari orang tua siswa yang mengklaim anaknya menjadi korban kekerasan, menderita luka fisik dan trauma mendalam. Lebih jauh, komentar dari warganet yang mengaku sebagai alumni sekolah tersebut bermunculan, mengindikasikan bahwa praktik perundungan telah lama menghantui lingkungan sekolah ini.

Seorang warganet dengan akun @slmnarfn menulis, “Udah dari jaman saya kayak gini mah,” mengomentari unggahan tersebut, seolah mengamini bahwa masalah ini sudah berakar sejak lama.

Akun @radenabiyasa juga berbagi pengalaman pahitnya, “Saya dulu korban dipukulin di MTS itu, 97, lebih dari 8 orang yang mukulin tanpa sebab.”

Gelombang sorotan dari warganet lainnya tertuju pada dugaan lemahnya pengawasan pihak sekolah terhadap kasus perundungan. Mereka menuntut langkah nyata dari instansi terkait untuk menghentikan siklus kekerasan yang terus berulang di lingkungan pendidikan.

Pemerhati Pendidikan di Purwakarta, Agus Yasin, dengan tegas menyatakan bahwa maraknya laporan mengenai kasus perundungan adalah bukti nyata lemahnya sistem perlindungan siswa di sekolah negeri.

“Kasus ini tidak bisa dibiarkan! DPRD harus memanggil kepala sekolah dan pihak Kemenag setempat untuk dimintai penjelasan. Sekolah tidak boleh menutupi kasus kekerasan atas nama menjaga nama baik lembaga,” seru Kang Agus pada Kamis, 9 Oktober 2025.

Hingga saat ini, pihak MTsN yang disebut dalam unggahan tersebut, serta Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Purwakarta, belum memberikan keterangan resmi.

Masyarakat menanti dengan cemas agar kasus ini diusut tuntas, menjadi titik balik bagi dunia pendidikan untuk memastikan bahwa setiap sekolah benar-benar menjadi ruang aman dan nyaman bagi seluruh siswa, bebas dari ancaman perundungan dan kekerasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *