Pemilihan Majelis Syura dan Presiden PKS: Sebuah Proses Sunyi yang Menyala

Almuzammil Yusuf (kiri) Ahmad Syaikhu (kanan)/Net.

Ketua DPD PKS Kabupaten Purwakarta, Mohammad Arief Kurniawan, menggambarkan pemilihan Majelis Syura dan Presiden PKS periode 2025-2030 sebagai sebuah peristiwa yang kontras dengan dinamika politik nasional.

Berbeda dengan kegaduhan dan intrik yang sering mewarnai percaturan politik, pemilihan ini berlangsung khidmat dan damai, mencerminkan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan PKS.

Kepemimpinan di PKS, seperti yang disaksikan Arief Kurniawan telah berakar pada pembinaan berkelanjutan, musyawarah yang tulus, dan ketaatan pada nilai-nilai ilahiyah, bukan pada lobi-lobi kekuasaan atau perebutan pengaruh.

“Hasilnya, Dr. Mohamad Sohibul Iman, Ph.D. terpilih sebagai Ketua Majelis Syura PKS, dan Dr. H. Almuzzammil Yusuf, S.H., M.Si. sebagai Presiden PKS. Pemilihan yang tenang dan tertib ini menegaskan prinsip syura dan amanah dalam Islam,” kata Kang Akur, begitu ia biasa disapa, kepada awak media, Kamis 5 Juni 2025.

Menurutnya, kepemimpinan dalam konteks PKS bukan sekadar posisi yang diperebutkan, melainkan amanah yang diemban dengan penuh tanggung jawab, berlandaskan integritas dan ketakwaan, bukan ambisi pribadi.

“Tujuannya pun bukan kejayaan individu, melainkan kesinambungan dakwah politik yang rahmatan lil ‘alamin,” ujar Kang Akur.

Pengalamannya selama bergabung dalam pembinaan PKS menunjukkan betapa pentingnya tarbiyah dalam membentuk kepemimpinan yang berkualitas. Sistem pembinaan berjenjang di Unit Pembinaan Anggota (UPA), dengan bimbingan mentor (murobbi), membantu kader mengatasi kelemahan diri dan mengembangkan potensi kepemimpinan.

“Oleh karena itu, PKS bukan hanya partai politik, tetapi juga madrasah kehidupan yang membentuk karakter kader secara holistik, mulai dari kesalehan pribadi, keluarga sakinah, hingga pengabdian kepada masyarakat,” kata Arief.

“Hasilnya, kader PKS dilatih menjadi pemimpin yang seimbang: tegas dalam prinsip, namun bijaksana dalam pergaulan, sebagaimana teladan kepemimpinan yang dicita-citakan dalam hadits Rasulullah SAW,” tambahnya.

Kang Akur juga menambahkan bahwa sistem UPA PKS menghasilkan pemimpin yang bukan hanya pandai berorasi, tetapi juga hadir di tengah masyarakat. Pembinaan yang komprehensif ini, yang berfokus pada kesalehan individu, keluarga, dan peran sosial, membentuk karakter tahan uji, bukan sekadar untuk kepentingan politik jangka pendek. Oleh karena itu, kepemimpinan yang lahir dari proses ini mencerminkan visi yang lebih luas, sebagaimana ditekankan Dr. Mohamad Sohibul Iman: kejayaan umat, bukan kejayaan individu.

Proses transisi kepemimpinan ini menjadi momentum refleksi. PKS menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati lahir dari proses tadabbur yang tenang, musyawarah yang jujur, dan tarbiyah yang konsisten.

“Ini adalah kepemimpinan yang tidak haus sorotan, melainkan ridha Allah SWT; kepemimpinan yang menyapa bukan lewat retorika, melainkan melalui tindakan nyata dan pengabdian yang tulus kepada umat. Pemilihan ini menjadi bukti komitmen PKS pada nilai-nilai Islam dan pengabdian kepada masyarakat,” demikian Kang Akur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *