taktis.co – Menjelang berakhirnya periode kepemimpinan Anne Ratna Mustika sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Purwakarta pada pertengahan tahun 2025 ini. Hembusan angin negatif kerap menerpa. Apalagi, mendekati Musda, ada saja pihak yang cawe-cawe berupaya merusak soliditas partai berlambang pohon beringin itu.
Dalam sebuah kesempatan, Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar Kabupaten Purwakarta, Dr. H. Suherman Saleh, Ak., M. Sc., CA., kembali mengingatkan jajaran pengurus, kader, simpatisan dan seluruh keluarga besar Partai Golkar Purwakarta untuk tetap menjaga soliditas dan kekompakan diinternal partai.
“Kita semua harus mewaspadai upaya-upaya para pihak yang ingin memecah belah partai, baik dari eksternal maupun dari internal. Karena jika internal yang melakukan hal demikian, maka dia adalah penghianat partai yang sesungguhnya,” kata Suherman Saleh kepada awak media, Senin 10 Maret 2025.
Menurutnya, jika ada pihak eksternal yang cawe-cawe melakukan pembusukan partai, harus dilawan bersama. Karena yang dirugikan adalah seluruh keluarga besar Partai Golkar Purwakarta. Terlebih para pimpinan partai.
“Hal ini harus kita jaga bersama, secara pribadi saya ikut bertanggungjawab untuk membesarkan partai ini. Kita jaga marwah pimpinan partai ini. Jangan biarkan hembusan angin negatif menerpa beringin yang kokoh ini,” kata Uda Herman, begitu ia kerap disapa.
Tanggapi Isu AR dan DRP

Sebagai Ketua Wantim, Uda Herman juga menanggapi isu dari salahsatu media yang menulis permasalahan yang sudah berlalu antara DRP selaku Sekretaris DPD Partai Golkar Purwakarta dan pihak eksternal partai yaitu AR.
Menurutnya, apa yang diberitakan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Tidak ada pengkhianatan disana, apa yang diungkapkan AR itu terjadi jauh hari sebelum koalisi Pilkada terbangun, bahkan sebelum ada pasang-pasangan calon Pilkada.
Saat itu dalam masa penjajakan koalisi Pilkada, sekitar bulan Mei 2024, pimpinan partai mengeluarkan perintah kepada sejumlah pengurus termasuk DRP untuk melakukan penjajakan kepada para kandidat bakal calon.
“Jikapun disana ada nilai uang yang dikeluarkan, hal itu hanya untuk keperluan survei dan konsolidasi partai. Dan pada akhirnya Golkar tidak mendukung bakal calon Yadi Rusmayadi, semuanya telah dikembalikan kepada yang bersangkutan. Intina, hal itu terjadi sebelum terbentuk koalisi dan sebelum adanya pasang-pasangan bakal calon,” beber Uda Herman.
Uda Herman juga menambahkan, jika ada pihak diinternal partai yang bisa membuktikan jika saudara DRP menginstruksikan para pengurus untuk mendukung Yadi Rusmayadi dalam Pilkada diminta untuk melaporkan langsung kepadanya.
“Jika ada bukti kuat, saya yang akan melaporkan langsung ke DPD dan DPP Golkar agar dikenaka disiplin organisasi. Namun jika tidak ada, artinya tidak ada penghianatan disana. Saya yakin langkah-langkah politik yang dilakukan DRP dalam penjajakan koalisi Pilkada, selalu dikoordinasikan dengan Ketua DPD Golkar Purwakarta,” kata Uda Herman.
Bangkit dan Rebut Kembali Kejayaan Golkar Purwakarta
Uda Herma juga mengatakan bahwa soal menang kalah dalam kontestasi Pemilu untuk setiap partai politik adalah hal yang biasa. “Meski dalam Pileg dan Pilkada Purwakarta Partai Golkar mengalami kekalahan, bukan berarti Golkar Purwakarta hancur lebur, dari itu semua, mari kita jadikan pelajaran yang berharga, mari kita berbenah untuk menghadapi kontestsasi pemilu berikutnya,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa hasil Pileg 2024 yang menempatkan Partai Golkar diposisi kedua merupakan pembuktian bahwa partai ini masih besar di Purwakarta.
“Saat itu, para pengamat banyak yang memprediski bahwa partai Golkar hanya akan meraih empat kursi, tapi faktanya, partai kita bisa meraih sembilan kursi. Jadi, saya yakin bahwa partai Golkar masih dicintai masyarakat Purwakarta. Dan pemilu kedepan, semua keluarga besar Golkar Purwakarta harus membuktikan kembali kebesaran partai. Bangkitlah, rebut kembali kejayaan Partai Golkar Purwakarta,” demikian Uda Herman.***

 
									






