taktis.co – Jika melihat langkah politik sejumlah parpol di Kabupaten Purwakarta jelang perhelatan Pilkada belakangan ini. Tak menutup kemungkinan bahwa Koalisi Pilpres akan berlanjut pada Koalisi Pilkada di wilayah yang dikenal dengan kawasan wisata Situ Buleud-nya itu.
Belum lama ini, atau tepatnya pada tanggal 23 April 2024 lalu, tiga parpol yaitu PDIP, PPP, dan Hanura telah resmi menyatakan akan berkoalisi pada Pilkada 2024 mendatang. Koalisi tersebut disahkan melalui penandatanganan kesepakatan kerjasama tiga parpol dalam Pemilukada Kabupaten Purwakarta 2024. Kerjasama politik tersebut juga ditegaskan oleh para ketua dan sekretaris masing-masing parpol.
Ketiga parpol yang pada Pilpres lalu mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD tersebut, berdasarkan hasil Pileg 2024 telah memiliki tiket untuk mendaftarkan pasangan bakal calon bupati dan wakil bupatinya ke penyelenggara. PDIP punya 6 kursi, PPP dan Partai Hanura masing-masing 2 kursi. Pas 10 kursi atau 20 persen sebagai syarat tiket mendaftar ke KPU.
Bahkan, dikabarkan ketiga parpol tersebut sudah punya pasangan kandidat yang nantinya bakal diusung. Ada yang masuk lewat PDIP misalnya, setidaknya ada enam orang, diantaranya ada nama Ivan Kuntara, Budi Hermawan, Zainal Arifin, Irwan P Abdurrahman, Hidayat dan Saepul Bahri Binjen. Belum lagi yang masuk lewat PPP dan Partai Hanura. Lalu, siapa yang akan diusung oleh koalisi 03 tersebut, mari kita tunggu kabar berikutnya, karena ada nama-nama yang disebut diatas juga masuk atau daftar melalui partai lain diluar ketiga partai tersebut.
Sementara, beberapa elit Partai Nasdem di pusat pernah memberikan pernyataan bahwa tiga partai politik yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau Koalisi 01, yakni Partai Nasdem, PKB dan PKS bakal melanjutkan koalisi tersebut saat menghadapi Pilkada 2024 di daerah-daerah. Sepertinya, hal itu bakal akan direalisasikan juga pada Pilkada Purwakarta.
“Komunikasi sudah dan sedang berproses, kita lihat saja awal Mei nanti. Mudah-mudahan kita bertiga bersepakat membangun koalisi bersama PKS dan PKB untuk Pilkada Purwakarta,” ujar Ketua DPD Partai Nasdem Kabupaten Purwakarta, Luthfi Bamala diujung selulernya. Dengan komposisi 17 kursi parlemen, yaitu Nasdem 7, PKB 5 dan PKS 5 kursi, lalu siapa yang akan diusung koalisi 01 itu, apakah Bos Maranggi, Yadi Rusmayadi? Soal itu, mari kita tunggu kabar berikutnya lagi.
Sebelumnya, atau tepatnya pada 10 Maret 2024 lalu, PKB Purwakarta yang dipimpin Sona Maulida dan Partai Nasdem Purwakarta yang dipimpin Luthfi Bamala telah melakukan proses penjajakan koalisi sebagai langkah awal dalam menentukan visi dan kepemimpinan Purwakarta ke depan. “Kita diskusi konstruktif bagaimana potensi kerjasama dan visi bersama dalam menghadapi Pilkada 2024 mendatang,” ujar Sona Maulida seraya mengatakan bahwa melalui kolaborasi tersebut diharapkan dapat menciptakan visi bersama untuk mewujudkan kebangkitan untuk perubahan Purwakarta ke depan.
Di sisi lain, dan masih belum banyak bersuara, ada Partai Gerindra dengan golden tiketnya, yaitu 10 kursi legislatif, Partai Golkar dengan 9 kursi legislatif, Partai Demokrat dengan 3 kursi dan PAN dengan satu kursi DPRD. Jika dijumlahkan ada 23 kursi dari keempat parpol tersebut, apakah keempatnya akan bergabung bersama dalam Koalisi Indonesia Maju atau Koalisi 02?
Jelas itu sebuah koalisi yang gemuk, atau apakah akan terpecah jadi dua koalisi dengan dua paslon yang berbeda? Semuanya mohon bersabar, tunggu giliran, karena ada dua nama besar di kubu tersebut yaitu Anne Ratna Mustika sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Purwakarta dan ada Dikdik Sukardi, politisi senior yang juga suami dari Ketua DPC Partai Gerindra Purwakarta Sri Puji Utami. Belum lagi sejumlah nama-nama politisi senior Partai Golkar seperti Ketua DPRD Purwakarta Ahmad Sanusi atau Haji Amor. Selentingan, dikabarkan bahwa Partai Golkar suda bersepakat dengan PAN yang akan mengusung ARM dengan wakilnya, seorang artis ibu kota. Kita tunggu saja.
Di sisi ini, penulis berasumsi; bahwa dekatnya jarak Pemilu dan Pilkada sepertinya akan memberikan keuntungan bagi parpol-parpol yang solid membangun basis koalisi Pilpres untuk memenangkan pertarungan Pilkada.
Peleburan koalisi partai pendukung Pilpres ke paslon Pilkada bisa saja menjadi langkah politik yang merugikan. Pasalnya, partai-partai yang sudah memperoleh efek dari capres dan cawapres di Pilpres, pada momentum Pilkada bakal berpotensi memperoleh keuntungan besar, bahkan memperoleh kemenangan.
Pilkada ini momentum lebih regional. Paslon capres-cawapres yang menang di daerah-daerah tertentu bakal berpotensi memenangkan Pilkada jika partai koalisi Pilpres solid mendukung di Pilkada. Daerah-daerah basis Anies, Prabowo, dan Ganjar yang unggul. Jika efek Pilpres dikapitalisasi dengan baik, maka simbol koalisi dan oposisi nasional bakal terlihat nyata di Pilkada serentak November 2024 mendatang.
Meskipun pada satu sisi momentum Pilpres dan Pilkada itu berbeda isu dan kepentingan. Di sisi lain, langkah politik ini bakal menarik diambil oleh partai pendukung koalisi 01, 02 dan 03. Pasalnya, partai pendukung 02 yang sudah menang punya kepentingan memenangkan Pilkada serentak. Menang di Pilkada serentak bagi partai pendukung 02 adalah legitimasi kemenangan Prabowo-Gibran di level elit-elite daerah 5 tahun kedepannya.
Sedangkan bagi parpol pendukung 01 dan 03 ini adalah momentum untuk menjaga momentum oposisi bahwa yang menang di Pilkada bukan dari kubu partai pemenang Pilpres. Di luar Purwakarta atau daerah-daerah strategis seperti Jakarta, Jabar, Jatim dan Jateng pertarungan ini bakal menarik. Pertarungan Pilpres menjadi pertarungan di Pilkada punya peluang terjadi, jika koalisi partai koalisi Pilpres membangun komitmen lanjutan. Tetapi, partai-partai tertentu juga tentu saja ada yang punya kepentingan berbeda, karena memenangkan Pilkada bukan berarti hanya soal berkoalisi atau beroposisi dengan pemerintahan baru. Demikian kura-kura. ***
*Yuslipar*
_Penulis adalah Koordinator Forum Komunikasi Jurnalis Purwakarta (Fokus JP)_